Biografi Sunan Gunung Jati

Image result for sunan gunung jati

Sunan Gunung Jati adalah seorang ulama yang menjadi salah satu anggota dari dewan da’wah atau dewan mubaligh Walisongo. Beliau berperan sebagai salah satu penyebar agama Islam di Jawa Barat, utamanya di wilayah Cirebon. Nama asli Sunan Gunung Jati sendiri andalah Syarif Hidayatullah.

     Raden Syarif Hidayatullah lahir pada 1448 Masehi dengan ayah bernama Syarif Abdullah Udatuddih bin Ali Nurul Alim (Salah satu penguasa dari Mesir) dengan Nyai Rara Santang, putri dari Kerajaan Padjajaran dengan ayah Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Saat Nyai Rara Santang masuk islam, beliau merubah nama menjadi Syarifah Mudaim.

     Raden Syarif Hidayatullah menginjakkan kaki di tanah jawa, tepatnya Cirebon pada tahun 1470 Masehi. Dan karena dukungan dari Kesultanan Demak dan Raden Walangsungsang atau raja Cirebon pertama selaku paman Raden Syaruf Hidayatullah, beliau kemudian diangkat sebagai Raja Cirebon kedua setelah pamannya tersebut pada tahun 1479 Masehi dengan gelar Maulana Jati.

     Di usia Raden Syarif Hidayatullah yang masih muda, ia di tinggal mati oleh ayahnya, dan membuatnya hanya diasuh oleh ibunya sendiri. Beliau memiliki minat tinggi terhadap ilmu agama dalam usia muda. Dia mulai berguru pada beberapa syekh di wilayah Timur Tengah, dan pada tahun 1470 beliau bersama ibunya berangkat menuju pulau Jawa untuk mengamalkan ilmunya.

     Beliau pernah membuka pusat pengobatan sambil berdakwah agama Islam di Cina.

Setiap orang yang sakit dan berobat pada beliau pasti di suruh melaksanakan shalat, dan setelah shalat mereka sembuh. Beliau pun dianggap sebagai tabib sakti yang berkepandaian tinggi. Ada beberapa ajaran utama yang menjadi dasar ilmu agama dan ilmu kehidupan dari Sunan Gunung Jati yang masih dapat kita amalkan, diantaranya adalah, nilai-nilai tentang ketakwaan dan keyakinan, nilai-nilai tentang kedisiplinan, nilai-nilai kearifan dan kebijaksanaan, nilai-nilai kesopanan dan tatakrama, nilai-nilai kehidupan sosial.

     Sebagai seseorang yang memiliki orang tua berasal dari pulau Jawa, Syarif Hidayatullah merasa ingin menyebarkan ajaran agama Islam di negara ibunya. Namun Syarif Hidayatullah juga harus menerima kenyataan bahwa kakeknya sendiri yang merupakan salah satu penguasa di tanah Jawa belum memeluk agama Islam, dan ajaran Islam belum banyak diterima oleh masyarakat Jawa. Kebanyakan dari masyarakat yang belum bisa menerima ajaran Islam adalah masyarakat pedalaman yang masih memegang teguh ajaran Hindu dan Budha. Untuk itu, sebagai langkah awal untuk menyebarkan agama Islam di tanah jawa, Syarif Hidayatullah meminta izin kepada kakeknya Prabu Siliwangi, selaku salah satu penguasa di tanah jawa dan agar beliau membantunya.

     Sunan Gunung Jati pun mendapatkan pesan dari Prabu Siliwangi yang berisi, bahwa Sunan Gunung Jati boleh menyebarkan agama Islam di tanah jawa asalkan dilakukan dengan cara yang halus dan tidak dengan kekerasan. Beliau tak ingin adanya pertumpahan darah hanya karena perbedaan bahasa, cara beribadah dan tentunya perbedaan sesembahan. Perkembangan islam semakin pesat dikala Sunan Gunung Jati diamanahi sebagai pimpinan si pesantren Amparanjati menggantikan Syekh Nurjati. Sunan Gunung Jati juga menjalin hubungan baik dengan Kesultanan Demak untuk memperlancar dan memperluas ajaran Islam dan melawan kolonialisme.

     Sebagai seseorang yang cukup disegani sebagai salah satu ulama dan pejuang pada masanya, Sunan Gunung Jati kemudian oleh umat muslim yang berada di wilayah Jawa Barat memanggil beliau dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah sebagai satu tanda penghormatan atas jasa-jasa yang telah beliau berikan.

     Syekh Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati meninggal pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriyah atau pada tahun 1568 Masehi pada usia 120 tahun. bila dilihat berdasarkan penanggalan jawa, maka Sunan Gunung Jati meninggal pada 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka. Beliau meninggal pada usia yang cukup tua sehingga anak cucunya meninggal sebelum beliau.

     Posisi beliau di kesultanan Cirebon pun digantikan oleh cicitnya, dikarenakan anak cucunya meninggal terlebih dahulu sebelum Sunan Gunung Jati meninggal. Sunan Gunung Jati pun dimakamkan di sebuah bukit bernama Bukit Gunung Jati. Saat ini makam tersebut telah dipugar dan dijadikan tempat ziarah yang cukup terkenal sebagai salah satu makam seorang walisongo.

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)

Biografi Sunan Kalijaga

Image result for sunan kalijaga

Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat terkenal dengan Muslim di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islamke dalam tradisi Jawa. Makamnya berada di Kadilangu, Demak.

Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga adalah Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari desa kalijaga di cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)

Biografi Sunan Ampel

Image result for sunan ampel

Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau jawa. Ia lahir 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama jeumpa.

Ayah Sunan Ampel atau Raden Rahmat bernama Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gresik. Ibunya bernama Dewi Chandrawulan, saudara kandung Putri Dwarawati Murdiningrum, ibu Raden Fatah, istri raja Majapahit Prabu Brawijaya V. Istri Sunan Ampel ada dua yaitu: Dewi Karimah dan Dewi Chandrawati.

Dengan istri pertamanya, Dewi Karimah, dikaruniai dua orang anak yaitu: Dewi Murtasih yang menjadi istri Raden Fatah (sultan pertama kerajaan Islam Demak Bintoro) dan Dewi Murtasimah yang menjadi permaisuri Raden Paku atau Sunan Giri. Dengan Istri keduanya, Dewi Chandrawati, Sunan Ampel memperoleh lima orang anak, yaitu: Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum, Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Drajat atau kadang-kadang disebut Sunan Sedayu.

Dalam catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng – seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Tionghoa di Champa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu – menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Tionghoa di Tuban.

Syekh Jumadil Qubro (alias Haji Bong Tak Keng), dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.

Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya mengubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja Champa (adik Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.

Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443 untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya.

Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).

Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel,Surabaya.

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)

Biografi Sunan Drajat

Image result for sunan drajat

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi. Nama kecilnya adalah Raden Qasim, kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel, dan bersaudara dengan Sunan Bonang.Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan pesantren Dalem Duwur di desa Drajat, Paciran, Kabupaten Lamongan.Sunan Drajat yang mempunyai nama kecil Syarifudin atau raden Qosim putra Sunan Ampel dan terkenal dengan kecerdasannya. Setelah menguasai pelajaran islam ia menyebarkan agama Islam di desa Drajat sebagai tanah perdikan di kecamatan Paciran. Tempat ini diberikan oleh kerajaan Demak. Ia diberi gelar Sunan Mayang Madu oleh Raden Patah pada tahun saka 1442/1520 masehi&Makam Sunan Drajat dapat ditempuh dari Surabaya maupun Tuban lewat Jalan Daendels (Anyar-Panarukan), namun bila lewat Lamongan dapat ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi.

Sunan Drajat bernama kecil Raden Syarifuddin atau Raden Qosim putra Sunan Ampel yang terkenal cerdas. Setelah pelajaran Islam dikuasai, ia mengambil tempat di Desa Drajat wilayah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi. Ia memegang Kendal keprajaan di wilayah perdikan Drajat sebagai otonom kerajaan Demak selama 36 tahun. sebagai Wali penyebar Islam yang terkenal berjiwa sosial, sangat memperhatikan nasib kaum fakir miskin. Ia terlebih dahulu mengusahakan kesejahteraan sosial baru memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Motivasi lebih ditekankan pada etos kerja keras, kedermawanan untuk mengentas kemiskinan dan menciptakan kemakmuran ,usaha ke arah itu menjadi lebih mudah karena Sunan Drajat memperoleh kewenangan untuk mengatur wilayahnya yang mempunyai otonomi.ia sebagai penghargaan atas keberhasilannya menyebarkan agama Islam dan usahanya menanggulangi kemiskinan dengan menciptakan kehidupan yang makmur bagi warganya, ia memperoleh gelar Sunan Mayang Madu dari Raden Patah Sultan Demak pada tahun saka 1442 atau 1520 Masehi.

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)

Biografi Sunan Giri

Image result for sunan giri

Yang dimana isinya yaitu sebagai berikut : ” Barang siapa yang mampu atau berhasil mengobati Sang Dewi, maka akan dijodohkan oleh Sang Dewi jika ia laki-laki. Tetapi jika ia perempuan maka ia akan diangkat menjadi saudara perempuan Sang Dewi.” Sayangnya pada saat itu tidak ada yang mampu menyanggupi hal itu, atau yang memenangkan sayembara yang dibuat oleh Raja.

Di tengah keputusasaannya Raja pun mengutus Bajul Sengara untuk mencari seorang pertapa sakti pada zaman itu. Di dalam pencariannya Sang Patih pun bertemu dengan seorang pertapa sakti yang bernama Resi Kandayana. Resi tersebut memberi informasi tentang keberadaan Syekh Maulana Ishaq.

Tetapi Syekh mau melakukan pengobatan untuk Sang Dewi, dengan catatan Raja dan keluarga harus masuk islam, jika ia berhasil menyembuhkan Sang Dewi. Ternyata ia berhasil menyembuhkan Sang Dewi, dan tidak lama kemudian mereka pun dinikahkah. Raja dan keluarga Dewi Sekardadu pun masuk islam sesuai perjanjian, tetapi sayangnya Sang Raja tidak masuk islam dengan sepenuh hati.

Ia juga iri dengan keberhasilan Syekh Maulana dalam mengajak sebagian besar rakyatnya untuk masuk agama islam. Singkat cerita, ia pun berusaha menghalangi syiar islam yang dilakukan oleh Syekh Maulana. Bahkan ia juga mengutus orang kepercayaannya untuk membunuh Syekh Maulana. Sampai akhirnya Syekh kembali ke Pasai karena merasa jiwanya terganggu di sana.

  • Kelahiran Sunan Giri

Sunan Giri

Sebelum Syekh Maulana Ishaq pergi ia pun berpesan kepada Dewi Sekardadu, yang saat itu sedang hamil 7 bulan. Ia berpesan bahwa jika anaknya lahir nanti mohon diberi nama Raden Paku. Tetapi sayangnya karena kebencian Sang Raja pada Syekh, ketika cucunya yang adalah Sunan Giri itu lahir ia pun membuangnya ke lautan.

Dilansir dari sebuah buku mengenai Kisah Teladan Wali Songo, kelanjutan cerita dari Sunan Giri ini yaitu ditemukannya ia di lautan oleh seorang awak kapal dagang. Yang berasal dari Kota Gresik yang pada saat itu sedang menuju ke Pulau Bali. Bayi yang ia temukan itu diberikan kepada Nyai Ageng Pinatih, yang merupakan pemilik dari kapal tersebut.

Tak lama kemudian bayi yang ditemukan di laut tersebut, diangkat anak oleh Nyai Ageng Pinatih. Yang juga merupakan saudagar kaya yang berasal dari Kota Gresik. Oleh Nyai Ageng Pinatih Sunan Giri diberi nama Joko Samudro. Lalu Joko Samudro yang tak lain adalah Sunan Giri, diasuh dan juga dibesarkan oleh Nyai Ageng Pinatih.

Pada saat ia berumur 7 tahun Nyai Ageng Pinatih menitipkannya di sebuah padepokan Sunan Ampel. Untuk belajar agama islam, yang letaknya di wilayah Kota Surabaya. Sunan Ampel pun memberinya gelar yang disebut dengan Maulana Ainul Yaqin. Karena Sunan Giri dianggap sebagai murid yang cerdas oleh Sunan Ampel.

Pada akhirnya ia belajar agama islam di padepokan Sunan Ampel selama bertahun-tahun. Ia dan Raden Maulana Makhsum Ibrahim yang merupakan anak dari Sunan Ampel, diutus oleh Sunan Ampel untuk belajar islam lebih dalam di Makka. Tetapi sebelumnya ia harus menemui Syekh Maulana Ishaq di Pasai, yang merupakan ayah dari Sunan Giri.

Sunan Ampel memang ingin mempertemukan ayah dan anak yang telah terpisah selama bertahun-tahun lamanya. Selama sekitar 7 tahun belajar agama islam di Pasai dengan ayahnya, mereka pun kembali lagi ke Pulau Jawa. Saat itulah Maulana Ishaq memberi Sunan Giri segenggam tanah, dan ia diminta untuk membangun pesantren di tanah yang jenis dan baunya sama dengan tanah yang ia beri.

  • Nama Dan Gelar Yang Dimiliki Oleh Sunan Giri

Sunan Giri

Sunan Giri telah menuliskan perjalanan dakwahnya selama bertahun-tahun, menjadi sebuah legenda dakwah agama islam yang tidak pernah mati. Bahkan hingga kini Sunan Giri masih bersemayam di hati dan sanubari para umat islam. Banyak dari mereka yang mendatangi, mengajari, mendoakan, menirakati dan memberi teladan tanpa henti pada Sunan Giri.

Berikut ini ada beberapa nama dan gelar yang dimiliki oleh Sunan Giri, yang dikenal oleh banyak masyarakat luas. Antara lain sebagai berikut :

1. Raden Paku

2. Prabu Satmata

3. Sultan Abdul Faqih

4. Raden Ainul Yaqin

5. Joko Samudro

6. Sultan Giri Kedath

  • Kisah Dan Perjuangan Sunan Giri Dalam Menyebarkan Agama Islam

Sunan Giri

Setelah kembali ke Pulau Jawa Sunan Giri atau Raden Paku pun pulang ke Kota Gresik, dan di sanalah ia membangun sebuah pesantren sesuai dengan yang diamanahkan oleh ayahnya. Ia pun berjalan cukup jauh untuk menemukan tanah yang dimaksud oleh ayahnya. Setelah menemukan tanah yang serupa dengan segenggam tanah yang diberikan ayahnya, ia pun mendirikan sebuah pesantren di sana.

Nama daerah tempat ia membangun pesantren tersebut adalah Desa Sidomukti, yang terletak di daerah dataran tinggi. Itulah mengapa ia diberi nama Sunan Giri, karena Giri artinya adalah gunung atau dataran tinggi. Lambat laun pesantren yang ia bangun pun dikenal oleh seluruh Nusantara, hanya dalam waktu 3 bulan saja.

Dengan terkenalnya pesantren Sunan Giri tersebut, banyak sekali anak-anak yang menimba ilmu agama islam di pesantrennya. Sehingga hal itu semakin memudahkannya untuk berdakwah di Pulau Jawa. Sunan Giri memiliki pengaruh yang cukup besar bagi kerajaan-kerajaan islam baik di Pulau Jawa, maupun di luar Pulau Jawa.

Selain itu Sunan Giri juga telah mendirikan sebuah kerajaan yang dinamakan Giri Kedaton. Kerajaan tersebut hanya bertahan selama 200 tahun saja. Setelah ia meninggal, ia pun digantikan oleh beberapa orang keturunannya. Diantaranya yaitu :

1. Sunan Dalem

2. Sunan Sedomargi

3. Sunan Giri Prapen

4. Sunan Kawis Guwa

5. Panembahan Ageng Giri

6. Panembahan Mas Witana Sideng Rana

7. Pangeran Sinonegoro (bukan keturunan Sunan Giri)

8. Pangeran Singosari

Saat itu Pangeran Singosari berjuang keras dalam mempertahankan Sunan Giri Kedaton, dari serangan Sunan Amangkurat II yang pada saat itu ingin merebut kerajaan. Perjuangan tersebut dibantu oleh VOC dan Kapten Jonker. Pada akhirnya perjuangan yang dilakukan oleh Sunan Giri ini mendapat hasil yang tidak terlalu buruk.

Tetapi setelah Pangeran Singosari wafat di tahun 1679 Masehi, akhirnya Kerajaan Giri Kedaton pun ikut hancur dan musnah. Tetapi walaupun begitu Sunan Giri tetap dikenang sebagai seorang Ulama Besar Wali Songo sepanjang masa. Bahkan hingga hari ini.

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)

Biografi Sunan Gresik

Image result for sunan gresik

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim merupakan salah satu dari 9 wali songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Tanggal lahir Sunan Gresik yaitu pada paruh awal abad ke 14 dan meninggal pada tahun 1419 Masehi dia dimakamkan di Desa Gapurosukolilo, Kota Gresik, Jawa Timur. Nama ayahnya adalah Jamaluddin Akbar Al-Husaini dan nama ibu Sunan Gresik belum diketahui. Istri Sunan Gresik bernama Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil.dalam metode dakwahnya dia mengambil dengan cara berdagang, bergaul dengan masyarakat luas, dalam kharomahnya sunan maulana malik atau gresik dia bisa menurunkan hujan lebat. tidak cuman itu sunan maulana juga mempunyai karya dalam bidang seni dan pendidikan yang baik seni nya yaitu tembang suluk dan gundul gundul pacul dalam bidang karya pendidikannya mempunyai pondok pesantren di leran gresik.peninggalan sunan maulana malik ibrahim mempunyai peninggalannya juga yaitu Air sumur sebagai air penyembuhan dan masjid pesucinan sebagai masjid tertua di pulau jawa. Tidak terdapat bukti sejarah yang meyakinkan mengenai asal keturunan Maulana Malik Ibrahim,pada umunya masyarakat sepakat bahwa Sunan Gresik bukan asli orang jawa melainkan dari wilayah Arab Maghrib di Afrika utara. Menurut beberapa versi, Sunan Gresik merupakan keturunan dari Rasulullah SAW.

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)

Biografi Sunan Kudus

Image result for sunan kudus

Sunan kudus atau nama lengkapnya Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan.  Ia adalah putra dari Sunan kudung, yang lahir pada 9 September 1400 M/ 808 H. Ia adalah salah satu penyebar agama islam di Indonesia yang tergabung dalam Walisongo. Ia dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling alim dan bergelar Waliyyul ilmi. Masa jabatan Sunan kudus sekitar 150 tahun (1400 M – 1550 M). Sunan kudus bukan berasal dari Kudus, namun ia berasal dari Al – Quds, Palestina. Yang kemudian hijrah ke tanah Jawa bersama kakek, ayah, dan kerabatnya. Ia adalah keturunan Nabi Muhammad saw yang ke-24.

      Sunan kudus berguru pada Sunan kalijaga, cara dakwahnya pun sama seperti gurunya dengan mengapresiasi budaya setempat serta cara penyampaiannya yang halus. Sunan kudus menarik simpati masyarakat untuk mendatangi masjid dengan ia tambatkan sapi di halaman masjid. Sunan kudus memperlihatkan beberapa nilai toleransi kepada pengikutnya yakni dengan melarang menyembelih sapi. Yang kemudian waktu itu masyarakat menganggap sapi sebagai hewan suci. Lama kelamaan semakin banyak masyarakat yang datang ke masjid sekaligus mendengarkan dakwah dari Sunan kudus. Dan islam tumbuh dengan cepat. Tak hanya berdakwah lewat sapi, tapi ia juga berdakwah dalam bentuk toleransi sekaligus Akulturasi. Salah satu peninggalan dari Sunan kudus yaitu Menara kudus. Menara tersebut digunakan Sunan kudus sebagai tempat adzan dan memukul bedug setiap datangnya bulan Ramadhan. Kini, Menara kudus merupakan menara masjid tertua di wilayah Jawa dan dijadikan Landmark Kabupaten Kudus.

      Sunan kudus meninggal dunia pada tahun 1550 M, saat ia menjadi imam sholat subuh di Masjid Menara Kudus, dalam posisi sujud. Kemudian ia dimakamkan di lingkungan Masjid Menara Kudus.

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)

Biografi Sunan Muria

Image result for sunan muria

Sunan Muria di lahirkan dengan mana raden umar said atau raden said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putera dari sunan kalijaga yang menikah dengan dewi saroh. Sunan muria merupakan salah satu anggota walisongo yang berperan penting dalam penyebaran agama islam, khusus nya di gunung muria, jawa tengah. Beliau merupakan putera sunan kalijaga yang terkenal akan ilmunya yang sakti, beliau juga terkenal sebagai pencipta tembang sinom dan kinanthi. Makam sunan muria terletak di puncak gunung muria, sebelah utara kota kudus dan untuk mencapai makam perlu menaiki sekitar 700 anak tangga dari pintu gerbang. Letak makam sunan muria berada persis di belakang masjid sunan muria

Sumber: Biografi tokoh penyebar islam (buku paket sejarah kelas x, buku WALISONGO)