Penyebaran Melalui Dakwah

Masyarakat Indonesia sendiri memilki para pendakwah yang menyebarkan Islam di lingkungannya, seperti Dato Bandang menyebarkan agama Islam di daerah Gowa, Sulawesi Selatan Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai, Kalimantan Timur Penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di kalangan para bangsawan Banjar, Kalimantan Selatan; Para Wali menyebarkan agama Islam di Jawa dan ada 9 wali yang terkenal, mereka memegang beberapa peran di kalangan masyarakat sebagai penyebar agama Islam, pendukung kerajaan-kerajaan Islam, penasihat raja-raja Islam dan pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan budaya Islam. Atas perannya para wali sangat terkenal di kalangan masyarakat.

Sumber: Cara penyebaran Islam di indonesia (buku paket sejarah kelas x,Redaksi, “Tasawuf, Mutiara Yang Mulai di Ingat Lagi,” Ulumul Qur’an 1, 1989.)

Penyebaran Melalui Tasawuf

Pertama adalah pendidikan. Para sufi menyebarkan ajaran islam dan mengajarkan masyarakat tentang aturan aturan dan syariat islam. Salah satunya adalah dalam bentuk pondok pondok pesantren. Para sufi mengajarkan ilmu islam pada masyarakat setempat. Melalui pesantren ini, banyak dihasilkan santri santri yang kemudian juga menyebarkan agama islam.

Yang kedua adalah melalui seni. Sebagian dari para sufi juga ahli di bidang seni. Meraka menciptakan seni seni yang bernuansakan islami untuk menarik perhatian masyarakat sekaligus mengajarkan syariat islam pada para penonton yang tidak lain adalah masyarakat asia tenggara. Adapun seni yang dikembangkan dapat berupa syair syair, wayang, atau seni seni lain.

Selanjutnya, para sufi juga ada yang menikah dengan putri putri bangsawan setempat. Hal ini juga menjadikan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara dapat berkembang dengan pesat.

Sumber: Cara penyebaran Islam di indonesia (buku paket sejarah kelas x,Redaksi, “Tasawuf, Mutiara Yang Mulai di Ingat Lagi,” Ulumul Qur’an 1, 1989.)

Penyebaran Melalui Kesenian

Penyebaran islam melalui kesenian di indonesia merupakan cara yang paling sulit

Tapi sunan kalijaga menyebarkan menggunakan Seni wayang kulit.

Cerita wayang kulit diambil dari kitab Mahabharata & Ramayana. Perubahan diadakan, tetapi sedikit sekali. Misalnya, perubahan nama-nama tokoh-tokoh pahlawan Islam. Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang sangat mahir mempertunjukkan kesenian wayang kulit.

Yang kedua ada Sunan bonang , menyebarkan islam dengan cara memakai alat musik bonang dan membuat beberapa lagu

Sumber: Cara penyebaran Islam di indonesia (buku paket sejarah kelas x,Redaksi, “Tasawuf, Mutiara Yang Mulai di Ingat Lagi,” Ulumul Qur’an 1, 1989.)

Penyebaran Melalui Pendidikan

Proses penyebaran agama Islam melalui pendidikan berupa pendidikan di pondok-pondok pesantren. Para santri yang telah lulus merupakan ujung tombak penyebaran Islam didaerahnya masing-masing.Pondok Pesantren tersebut misalnya Pondok Pesantren yang didirikan Sunan Gresik di Gresik Jawa Timur.Pondok Pesantren yang didirikan Sunan Ampel di Ampeldenta Surabaya.Pondok Pesantren yang didirikan Sunan Giri di Giri Kedaton Gresik.

Sumber: Cara penyebaran Islam di indonesia (buku paket sejarah kelas x,Redaksi, “Tasawuf, Mutiara Yang Mulai di Ingat Lagi,” Ulumul Qur’an 1, 1989.)

Penyebaran Melalui Perkawinan

Seorang penganut Islam menikah dengan seorang penganut agama lain sehingga pasangannya masuk Islam. Contohnya Pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab menetap di Indonesia dan menikahi wanita Indonesia. Di antara wanita yang mereka nikahi adalah putri raja dan bangsawan. Keturunan-keturunan mereka pasti memeluk agama Islam. Sesudah raja-rajanya memeluk Islam, sudah pasti rakyatnya dengan mudah dapat terpengaruh sehingga mereka memeluk agama Islam.

Sumber: Cara penyebaran Islam di indonesia (buku paket sejarah kelas x,Redaksi, “Tasawuf, Mutiara Yang Mulai di Ingat Lagi,” Ulumul Qur’an 1, 1989.)

Penyebaran Melalui Perdagangan

Pusat-pusat integrasi Nusantara berlangsung melalui penguasaan laut. Pusat-pusat integrasi itu selanjutnya ditentukan oleh keahlian dan kepedulian terhadap laut, sehingga terjadi perkembangan baru, setidaknya dalam dua hal, yaitu (i) pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi-lokasi strategis di pinggir pantai, dan (ii) kemampuan mengendalikan (kontrol) politik dan militer para penguasa tradisional (raja-raja) dalam menguasai jalur utama dan pusat-pusat perdagangan di Nusantara. Jadi, prasyarat untuk dapat menguasai jalur dan pusat perdagangan ditentukan oleh dua hal penting yaitu perhatian atau cara pandang, dan kemampuan menguasai lautan.

Jalur-jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentukan oleh kepentingan ekonomi pada saat itu dan perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbedabeda. Jika pada masa praaksara hegemoni budaya dominan datang dari pendukung budaya Austronesia di Asia Tenggara Daratan, maka pada masa perkembangan Hindu-Buddha di Nusantara terdapat dua kekuatan peradaban besar, yaitu Cina di utara dan India di bagian barat daya. Keduanya merupakan dua kekuatan super power pada masanya dan mempunyai pengaruh amat besar terhadap penduduk di Kepulauan Indonesia.

Bagaimanapun, peralihan rute perdagangan dunia ini telah membawa berkah tersendiri bagi masyarakat dan suku bangsa di Nusantara. Mereka secara langsung terintegrasi ke dalam jaringan perdagangan dunia pada masa itu. Selat Malaka menjadi penting sebagai pintu gerbang yang menghubungkan antara pedagang-pedagang Cina dan pedagang-pedagang India. Pada masa itu, Selat Malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintasi bandarbandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Selat itu merupakan jalan laut yang menghubungkan Arab dan India di sebelah barat laut Nusantara, dan dengan Cina di sebelah timur laut Nusantara.

Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “jalur sutra”. Penamaan ini digunakan sejak abad ke-1 M hingga abad ke-16 M, dengan komoditas kain sutera yang dibawa dari Cina untuk diperdagangkan di wilayah lain. Ramainya rute pelayaran ini mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur, antara lain Samudra Pasai, Malaka, dan Kota Cina (Sumatra Utara sekarang).

         Kehidupan penduduk di sepanjang Selat Malaka menjadi lebih sejahtera oleh proses integrasi perdagangan dunia yang melalui jalur laut tersebut. Mereka menjadi lebih terbuka secara

sosial ekonomi untuk menjalin hubungan niaga dengan pedagangpedagang asing yang melewati jalur itu. Di samping itu, masyarakat setempat juga semakin terbuka oleh pengaruhpengaruh budaya luar. Kebudayaan India dan Cina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap

masyarakat di sekitar Selat Malaka. Bahkan sampai saat ini pengaruh budaya terutama India masih dapat kita jumpai pada masyarakat sekitar Selat Malaka.

         Selama masa Hindu-Buddha di samping kian terbukanya jalur niaga Selat Malaka dengan perdagangan dunia internasional, jaringan perdagangan dan budaya antarbangsa dan penduduk

di Kepulauan Indonesia juga berkembang pesat terutama karena terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga Kepulauan Maluku. Mereka secara tidak langsung juga terintegrasikan dengan jaringan ekonomi dunia yang berpusat di sekitar Selat Malaka, dan sebagian di pantai barat Sumatra seperti Barus. Komoditas penting yang menjadi barang perdagangan pada saat itu adalah rempah-rempah, seperti kayu manis, cengkih, dan pala.

         Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antarpulau telah melahirkan kekuatan politik baru di Nusantara. Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7, seperti ditunjukkan oleh D.G.E. Hall, bersumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra. Dua negara di Sumatra disebutkan, Mo-lo-yeu (Melayu) di pantai timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari.

Sumber: Cara penyebaran Islam di indonesia (buku paket sejarah kelas x,Redaksi, “Tasawuf, Mutiara Yang Mulai di Ingat Lagi,” Ulumul Qur’an 1, 1989.)